Posted in Great Enthusiasm

Review Buku: Laut Bercerita

Assalamuallaikum minna san,

Bismillahirrahmanirrahim…

Kamis, 25 Januari 2024

Alhamdulillah nampaknya kebimbangan awal tahun ini sudah menemukan kepastiannya, yaitu tahun ini mencoba berfokus untuk mengikuti Tantangan KBK (Klub Buku KLIP) 2024 saja dan menggugurkan Tantangan Menulis Harian KLIP.

Bukan tanpa alasan, namun masih ada beberapa prioritas yang harus diselesaikan di tahun ini dan butuh lebih banyak fokus di sana. Awalnya bimbang, namun jadi berasa tertampar saat membaca salah satu pemenang komen IG untuk Ulang Tahun KLIP yang ke 5. Komen Mbak dengan akun IG nyamgalley lah yang semakin memantabkan hati ini, sama seperti beliau, tahun lalu akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi Tantangan Menulis Harian KLIP 2024 dan tahun ini ingin fokus membaca buku dan mengurangi screen time. Terima kasih Mbak, saya berasa punya teman hehehe…

Oke, lanjut review bukunya ya…

📖 Judul buku : Laut Bercerita

📖 Spesifikasi Buku

  • Penulis: Leila Chudori
  • Genre: Fiksi
  • Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
  • Terbit: 2017
  • Jumlah Halaman: 379++ Halaman
  • Buku fisik yang saya baca merupakan cetakan ke-59, Mei 2023

 📖 Sinopsis:

Buku yang bergenre historical fiction ini menceritakan tentang penculikan aktivis di akhir masa Orde Baru. Buku ini memiliki dua buah sudut pandang, yaitu dari aktivis mahasiswa yang menjadi tokoh utama, Biru Laut namanya dan dari sudut pandang saudara perempuannya, Asmara Jati.

Dari sudut pandang sang tokoh utama, buku ini mengisahkan bagaimana awal mula terbentuknya Organisasi Mahasiswa bernama Winatra, bagaimana kelompok aktivis ini berjuang membela ketidakadilan yang dialami para rakyat kecil di masa Orde Baru, bagaimana mereka harus kucing-kucingan bahkan sampai harus mengganti identitas dan berpindah-pindah tempat karena kejaran aparat serta intel pemerintah dan organisasinya dianggap organisasi terlarang oleh pemerintah, sampai bagaimana mereka mengalami penculikan, penyekapan, penyiksaan dan ‘penghilangan’ paksa karena perjuangan mereka.

Dari sudut pandang saudara perempuannya, buku ini mengisahkan bagaimana keluarga dan orang-orang terdekat berjuang bertahun-tahun mencari keadilan atas nasib para aktivis yang masih belum diketahui nasibnya. Bagaimana mereka menjalani hari-hari dengan penyangkalan bahwa anak, saudara dan kekasihnya yang belum diketahui nasibnya masih seperti berada diantara mereka sampai masa akhirnya mereka belajar menerima kehilangan. Bagaimana aktivis yang masih hidup dan dikembalikan dari penculikan, penyekapan dan penyiksaan mengalami hari-hari yang berat karena tekanan rasa bersalah kepada rekan yang masih belum jelas keberadaannya dan trauma penyiksaan yang dialami. Meski begitu, perjuangan akan terus berlanjut untuk mendapatkan keadilan.

📖 Review pribadi:

Saya mengambil buku ini di rak toko buku pada bulan Desember 2023 karena penasaran dan teringat review Bubun D sewaktu di IP Asia tentang buku ini, apalagi tertulis di covernya bahwa buku ini meraih penghargaan di tahun 2020, dan sudah cetakan ke-59, harus dibaca!

Tidak ada ekspektasi apa-apa, tidak juga membaca review bukunya di internet, masih belum ngeh dengan penjelasan isi buku di sampul belakang buku, kisah apa sih buku ini? ah, mungkin novel romantis tentang laut dan pantai, meskipun ada kaki dengan rantai pemberat di dasar laut pada sampul depan bukunya ya buk. Mungkin kisah detektif.

Setelah membaca bukunya, aih ternyata Laut adalah nama tokoh utamanya dan dia sedang bercerita.

Buku ini membuat kita merasakan dan semakin mengetahui salah satu sejarah kelam negeri kita. Apa yang terjadi di masa-masa perjuangan para aktivis melawan pemerintah yang sudah 30 tahun berkuasa dan masa-masa akhir tumbangnya Orde tersebut.

Latar penulis yang merupakan seorang jurnalis, melakukan riset dan wawancara mendalam kepada para keluarga dan aktivis `98 membuat kisah dalam buku ini seperti nyata adanya meskipun tokoh-tokohnya fiktif.

Pantaslah mengapa buku ini diganjar penghargaan, dialih bahasakan dan sudah di buat film pendeknya. Luar Biasa!

Saya membacanya selama beberapa minggu, di sela-sela waktu sembari mengeloni anak balita. Saat saya akhirnya menyelesaikan novel ini, bertepatan dengan peringatan 17 tahun Aksi Kamisan, 18 Januari 2024, seminggu yang lalu.

Aksi Kamisan merupakan bentuk tuntutan kepada negara agar segera menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu. Sejak 18 Januari 2007 hingga saat ini, terhitung sudah 802 kali Aksi Kamisan berlangsung. Mengenakan pakaian dan payung serba hitam, setiap hari Kamis, keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia serta para aktivis berkumpul di seberang Istana Merdeka, Jakarta. Mereka menggelar aksi diam demi memperjuangkan tegaknya keadilan.

Aksi ini merupakan sebuah gerakan yang terinspirasi dari Asosiasi Ibu-Ibu di Plaza de Mayo. Kalian bisa gugling untuk tahu tentang keduanya lebih banyak ya.

Selain bertepatan dengan Aksi Kamisan, kondisi masa kini yang merupakan masa kampanye Pilpres 2024. Di mana salah satu Capres –You Know Who– dikaitkan dengan kasus penculikan aktivis `98 tersebut.

Based on true story, Aksi Kamisan dan masa kampanye Pilpres 2024 membuat buku ini meninggalkan kesan sangat dalam bagi saya. Sedih banget buk setelah selesai membaca novel ini. Makanya sampai butuh waktu seminggu baru saya bisa menuangkan review ini, hampir beberapa hari rasanya mood saya mendung sekaligus numb setelah selesai membaca novel ini.

Buku ini mengajarkan kita agar kembali mempelajari sejarah bangsa kita, sekelam apapun. Mengajarkan juga rasa empati kita kepada para aktivis dan keluarganya yang sampai hari ini menuntut keadilan kepada negara.

“Why oh Why?”

“Mengapa ada yang begitu kejam padahal sesama anak bangsa?”

“Tidak terbayangkan menjadi keluarga para aktivis yang hilang…”

“Gue waktu tahun `98 ngapain aja?” (lagi sibuk belajar soalnya udah kelas 3 SMU)

dan ada beberapa pertanyaan lagi yang muncul di kepala semingguan ini.

Kelebihannya kan banyak ya, kekurangannya apa ya?

Belum mumpuni bagi saya untuk menuliskan kekurangan karya sastra istimewa ini. Pastinya membuka mata saya kembali lebar-lebar bahwa jargon Enak zaman ku tho? itu patutlah dipertanyakan kembali, enak menurut pandangan siapa?

📖 Nilai (1-5 ⭐): ⭐⭐⭐⭐ ⭐

Tentu saja bintangnya banyak, reviewnya saja panjang sekali, berbeda dengan review-review sebelumnya hihi…

Wassalam.

Referensi

#IP4ID2024

#institutibuprofesional

#Ibuprofesionalsamkabar

#Komunitasibuprofesionalsamkabar

#RumbelliterasiSamkabar

#KelasLiterasiIbuProfesional

#BersinergiJadiInspirasi

#KlubBukuKLIP